Sabtu, 20 Desember 2025


John D. Rockefeller (1839–1937) bukan sekadar pengusaha minyak. Ia adalah arsitek dari sistem ekonomi modern yang kamu hadapi hari ini. Pria kurus berkacamata itu menyusun “buku panduan global” tentang bagaimana kekuasaan bisa diwariskan lewat perusahaan, bukan lewat kerajaan.Sebagai pendiri Standard Oil, Rockefeller menciptakan monopoli paling sukses di abad ke-19. Ia menguasai hampir 90% bisnis minyak di Amerika, dan dari sana, memegang leher ekonomi dunia. Tapi yang lebih berbahaya dari kekayaannya adalah sistem yang ia tinggalkan: sistem yang membuat uang selalu mengalir ke arah yang sama ke atas.

Rockefeller tidak hanya menjual minyak, ia menjual ide tentang bagaimana dunia harus bekerja. Ia membentuk struktur holding company, menciptakan “trust”, dan mendikte bagaimana kompetisi seharusnya disingkirkan, bukan dihadapi. Ia mengajarkan bahwa kekuatan tidak perlu ditunjukkan dengan senjata, cukup dengan kendali pasar dan lobi politik. Dari situ lahir blueprint sistem kapitalisme global: perusahaan di atas manusia, laba di atas moral, dan pertumbuhan di atas keadilan. Dunia kemudian menirunya. Dari JP Morgan, Carnegie, hingga konglomerat digital masa kini semuanya berhutang konsep pada Rockefeller. Ia menulis ulang makna “permainan ekonomi”: bukan siapa yang paling rajin bekerja, tapi siapa yang paling cepat membangun sistem yang membuat orang lain bekerja untuknya.

Kini, satu abad setelah kematiannya, bayangannya masih terasa. Struktur korporasi lintas negara, lembaga keuangan global, hingga sistem pajak internasional yang sulit disentuh  semuanya warisan dari satu orang yang percaya bahwa dunia harus dikelola seperti perusahaan.Ironinya, banyak yang memujanya sebagai jenius bisnis, tapi sedikit yang sadar bahwa ia juga pencipta sistem ketimpangan modern. Sistem yang membuat satu persen manusia menguasai sebagian besar kekayaan dunia, sementara sisanya sibuk memutar roda yang sama, berharap bisa naik ke atas, tapi jarang sampai.

Dan disinilah sarkasme sejarah bekerja dengan elegan. Rockefeller, seorang penganut Kristen yang taat, mengaku ingin “melayani Tuhan lewat bisnis.” Tapi dalam praktiknya, ia membangun mesin yang membuat banyak orang hidup dalam siklus kerja tanpa akhir demi melayani pasar, bukan Tuhan. Jadi, ketika hari ini kamu melihat harga minyak naik, perusahaan raksasa menelan yang kecil, dan para miliarder bicara soal “inovasi untuk umat manusia”, ingatlah: semua itu sudah dirancang sejak lebih dari seratus tahun lalu.

Rockefeller tidak lagi hidup, tapi sistemnya masih berjalan sistem yang memastikan kekuasaan tetap aman di tangan segelintir orang, sementara kita sibuk percaya bahwa kerja keras cukup untuk mengubah nasib.Padahal, seperti katanya sendiri, “Siapa yang menguasai minyak, menguasai dunia.” Dan kini, minyak itu bukan cuma energi, tapi simbol,simbol dari sistem yang terus hidup, bahkan ketika penciptanya telah lama mati.

1 komentar:

Call Center

0812 - xxxx - xxxx

Mengenai Saya

Foto saya
Saya seorang praktisi perbankan dg pengalaman lebih dari 10 Tahun. Saya juga suka membaca, menulis dan bermain catur.

Pengunjung

Popular Posts