DASAR PEMIKIRAN DIBALIK MERGER
Sinergi
Motivasi
utama di balik kebanyakan merger adalah untuk meningkatkan nilai dari
perusahaan gabungan. Jika perusahaan A dan B bergabung untuk membentuk
perusahaan C, dan jika nilai C melebihi nilai dari A dan dan B jika
dilihat secara terpisah, maka sinergi tersebut dapat dikatakan telah
terjadi.
Pertimbangan Pajak
Pertimbangan
pajak telah mendorong pula terjadinya sejumlah merger. Sebagai contoh,
perusahaan yang menguntungkan dan berada di rentang pajak tertinggi
dapat mengakuisisi sebuah perusahaan yang memiliki akumulasi kerugian
pajak dalam jumlah besar. Kerugian secara pajak ini selanjutnya dapat
langsung diubah menjadi penghematan pajak daripada dibawa ke tahun
berikutnya dan digunakan di maa mendatang. Jika perusahaan mengalami
kekurangan peluang investasi internal jika dibandingkan dengan arus kas
bebas yang tersedia, maka perusahaan dapat (membayarkan dividen
tambahan, (2) berinvestasi pada sekuritas, (3) membeli kembali sahamnya,
atau (4) membeli perusahaan lain.
Pembelian Aktiva di Bawah Biaya Penggantinya
Terkadang
perusahaan akan dipandang sebagai kandidat akuisisi karena biaya
penggantian aktivanya jauh lebih tinggi daripada nilai pasarnya. Sebagai
contoh, di awal tahun 1980-an, perusahaan minyak dapat membeli cadangan
dengan harga lebih murah melalui pembelian perusahaan minyak lainnya
daripada melakukan pengeboran eksplorasi.
Diversifikasi
Para
manajer sering kali menyebutkan diversifikasi sebagai salah satu alasan
dari merger. Mereka berpendapat bahwa diversifikasi akan membantu
menstabilisasi keuntungan perusahaan dan akibatnya memberikan keuntungan
bagi para pemiliknya. Stabilisasi keuntungan sudah pasti merupakan hal
yang menguntungkan bagi para karyawan, pemasok dan pelanggan, namun dari
sudut pandang pemegang saham, stabilisasi merupakan nilai yang kurang
pasti.
Insentif Pribadi Manajer
Ekonom
keuangan suka berpendapat bahwa keputusan bisnis hanya didasarkan atas
pertimbangan ekonomi saja, khususnya dalam hal memaksimalkan nilai
sebuah perusahaan. Namun, banyak keputusan bisnis sebetulnya lebih
didasarkan pada motivasi pribadi manajer daripada pada analisis ekonomi.
Petimbangan
pribadi akan dapat menghalangi sekaligus juga dapat memotivasi merger.
Setelah sebagian besar pengambilalihan, sebagian manajer dari perusahaan
yang diakusisi kehilangan pekerjaan mereka, atau paling tidak otonomi
yang mereka miliki. Karenanya, para manajer yang memiliki kurang dari
51% saham perusahaan mereka mencoba mencarai cara yang akan memperkecil
peluang erjadinya pengambilalihan. Merger defensif seperti itu sangat
sukar untuk dipertahankan berdasarkan alasan ekonomi.
Nilai Residu
Perusahaan
dapat dinilai dari nilai bukunya, nilai ekonominya, maupun nilai
penggantinya. Baru-baru ini, para spesialis pengambilalihan perusahaan
telah mulai mengakui nilain residu sebagai salah satu basis lain untuk
melakukan valuasi.
JENIS MERGER
Terdapat empat jenis merger:
- Merger horisontal, terjadi ketika sebuah perusahaan bergabung dengan perusahaan lain di dalam lini bisnis yang sama.
- Merger vertikal, berupa akuisisi sebuah perusahaan dengan salah satu pemasok atau pelanggannya.
- Merger kongenerik akan melibatkan perusahaan-perusahaan yang saling berhubungan tetapi bukan merupakan produsen dari sebuah produk yang sama atau perusahaan yang memiliki hubungan pemasok-produsen.
- Merger konglomerat, terjadi ketika perusahaan-perusahaan yang tidak saling berhubungan bergabung.
TINGKAT AKTIVITAS MERGER
Lima
”gelombang merger” besar telah terjadi di Amerika Serikat. Gelombang
pertama terjadi di akhir tahun 1800-an, ketika terjadi konsolidasi dalam
industri minyak, baja, tembakau, dan industri dasar lainnya. Gelombang
kedua terjadi pada tahun 1920-an, ketika naiknya bursa saham membantu
para promotor keuangan mengonsolidasi perusahaan-perusahaan di sejumlah
industri, termasuk di antaranya fasilitas umum, komunikasi, dan
kendaraan bermotor.
Gelombang
ketiga terjadi pada 1960-an, ketika merger konglomerat terjadi
dimana-mana. Keempat terjadi pada 1980-an, ketika perusahaan-perusahaan
LBO dan perusahaan lain mulai menggunakan obligasi sampah untuk mendanai
berbagai jenis akuisisi. Gelombang kelima, yang berhubungan dengan
aliansi strategis yang dirancang untuk memungkinkan perusahaan
berkompetisi secara lebih baik di dalam perekonomian global, masih terus
berlanjut hingga saat ini.
PENGAMBIL ALIHAN PAKSA VS PENGAMBIL ALIHAN BERSAHABAT
Menurut
konvensi yang ada, kita menyebut perusahaan yang ingin mengakuisisi
perusahaan lain sebagai perusahaan pengakusisi dan perusahaan yang ingin
diakuisisi sebagai perusahaan sasaran.
Setelah
perusahaan pengakuisisi mengidentifikasi calon sasaran, maka perusahaan
tersebut harus (1) menentukan harga atau rentang harga yang pantas, dan
(2) untuk sementara menentukan persyaratan pembayaran—apakah perusahaan
akan menawarkan uang tunai, saham biasa, obligasi, atau kombinasi
antara keduanya? Jika tercapai suatu kesepakatan, maka kedua kelompok
manajemen akan mengeluarkan pernyataan kepada masing-masing pemegang
sahamnya yang menunjukkan bahwa mereka menyetujui merger, dan manajemen
perusahaan sasaran akan memberikan rekomendasi kepada para pemegang
sahamnya bahwa mereka telah menyetujui merger tersebut. Biasanya, para
pemegang saham akan diminta untuk menwarkan saham mereka kepada sebuah
lembaga keuangan yang telah ditunjuk, berikut surat kuasa yang telah
ditandatangani yang memindahkan kepemilikan atas saham tersebut kepada
perusahaan pengakuisisi. Cara ini disebut merger bersahabat.
Namun
seringkali, manajmen perusahaan sasaran akan menolak merger. Mereka
mungkin merasa bahwa harga yang ditawarkan terlalu rendah atau mungkin
juga mereka berusaha mempertahankan pekerjaan mereka. Apapun kondisinya,
penawaran perusahaan pengakuisisi bersifat paksa daripada bersahabat.
REGULASI MERGER
Sebelum
pertengahan 1960-an, akuisisi secara bersahabat pada umumnya terjadi
dalam bentuk merger melalui pertukaran saham sederhana, dan perebutan
mandat adalah senjata utama yang digunakan dalam perang atas
pengendalian secara paksa. Namun, pertengahan tahun 1960-an para
penjarah perusahaan mulkai beroperasi dengan cara berbeda. Pertama,
menjalani perebutan mandat akan membutuhkan waktu yang lama—para
penjarah tersebut harus terlebih dahulu meminta daftar pemegang saham
perusahaan sasaran, ditolak, dan kemudian berusaha mendapatkan surat
perintah pengadilan yang memaksa menajemen menyerahkan daftar tersebut.
Kemudian
para penjarah mulai berpikir bahwa jika kita membawa keputusan langsung
kepada sasaran dengan cepat, sebelum manajemen sempat mengambil
tindakan pencegahan, maka hal tersebut tentu akan meningkatkan peluang
keberhasilan. Hal tersebut kemudian menyebabkan penjarah berpaling dari
perebutan mandat ke pengajuan penawaran, yang memilki waktu respon jauh
lebih singkat.
Hal ini
tidak adil bagi perusahaan sasaran sehingga akhirnya Kongres
mengeluarkan Undang-undang Williams (Williams Act) pada tahun 1968.
Peraturan ini memiliki dua tujuan: (1) mengatur cara perusahaan
pengakuisisi dapat menstrukturisasi pengajuan penawaran, dan (2) memaksa
perusahaan pengakuisisi mengunkapkan lebih banyak informasi tentang
penwaran yang diberikan.
ANALISIS MERGER
Secara
teori, analisis merger sebenarnya cukup sederhana. Peusahaan
pengakuisisi hanya perlu melakukan suatu analisis untuk menilai
perusahaan sasaran dan kemudian menentukan apakah perusahaan sasaran
dapat dibeli pada nilai tersebut, atau, yang lebih disukai lagi, lebih
rendah dari estimasi nilai tersebut.
MENILAI PERUSAHAAN SASARAN
Dalam
menilai perusahaan sasaran, terdapat beberapa metodologi yang dapat
digunakan, namun, kita membatasi pembahasan ini hanya pada dua
metodologi: (1) pendekatan arus kas terdiskonto, dan (2) metode
perkalian pasar.
- Analisis Arus Kas Terdiskonto
Pendekatan
arus kas terdiskonto dalam menilai suatu bisnis akan melibatkan
penerapan prosedur-prosedur penganggaran modal atau keseluruhan
perusahaan daripada hanya satu proyek saja. Untuk menerapkan metode ini,
ada dua hal yang penting dibutuhkan: (1) laporan proforma yang
meramalkan peningkatan arus kas bebas sebagai akibat dari merger, dan
(2) suatu tingkat diskonto, atau biaya modal, yang akan diterapkan pada
proyeksi arus kas.
Laporan
arus kas pro forma. Mendapatkan ramalan arus kas pascamerger yang
akurat sejauh ini merupakan tugas penting dalam pendekatan DCF. Dalam
suatu merger keuangan murni, dimana tidak diharapkan tejadi suatu
sinergi, peningkatan arus kas pascamerger sebenarnya adalah ekspektasi
arus kas dari perusahaan sasaran. Namun, dalam merger operasi, dimana
operasi kedua perusahaan akan diintegerasikan, meramalkan arus kas di
masa mendatang adalah suatu hal yang lebih sulit dilakukan.
Mengestimasikan
tingkat diskonto. Jumlah total arus kas bersih adalah setelah bunga dan
pajak, sehingga akan mencerminkan ekuitas. Karena itu, arus kas
tersebut seharusnya didiskontokan oleh biaya ekuitas dan bukannya dari
keseluruhan biaya modal. Lebih jauh, tingkat diskonto yang digunakan
seharusnya mencerminkan tingkat risiko dari arus kas di dalam tabel.
- Analisis Perkalian Pasar
Metode
kedua dalam menilai perusahaan sasaran adalah analisis perkalian pasar
(multiple market analysis) yaitu suatu metode penilaian sebuah
perusahaan sasaran yang menerapkan perkalian yang ditentukan oleh pasar
pada laba bersih, laba per lembar saham, penjualan, nilai buku, dan
seterusnya.
Menentukan Harga Penawaran
Metode
dengan menentukan harga penawaran adalah dengan melihat jumlah
tertinggi yang dapat dibayarkan, yang mencerminkan keuntungan sinergis
yang diharapkan dari merger, berikut beberapa hal yang perlu dicatat:
- Jika terdapat keuntungan sinergis, penawaran maksimum yang diberikan akan sama dengan nilai perusahaan saat ini.
- Semakin besar keuntungan sinergis, maka semakin besar kemungkinan merger tersebut dilaksanakan.
- Masalah mengenai membagi keuntungan sinergis juga merupakan hal yang sangat penting, kedua belah pihak menginginkan mendapat jumlah sebesar mungkin.
- Harga aktual akan tergantung beberapa faktor, termasuk apakah perusahaan menawarkan untuk membayar dalam bentuk tunai atau sekuritas, keahlian negosiasi diantara kedua tim manajemen dan yang paling penting, posisi penawaran kedua belah pihak yang ditentukan oleh kondisi ekonomi mendasar dari masing-masing perusahaan
- Perusahaan akan ingin merahasiakan penawaran maksimumnya dan perusahaan merencanakan strategi penawaran secara hati-hati dan konsisten dengan situasi. Perusahaan dapat memberikan penawaran antisipasi yang tinggi dengan harapan dapat menakut-nakuti penawaran saingan atau penolakan manajemen.
Pengendalian Pasca Merger
Situsai
pengendalian merupakan hal yang vital dalam suatu analisis merger.
Pertama pertimbangkanlah sebuah situasi dimana sebuah perusahaan kecil
dikelola oleh pemiliknya dijual kepada suatu kepentingan yang lebih
besar.
0 komentar:
Posting Komentar